Selasa, 29 September 2020

CARA BERPIKIR DIAKRONIK DAN SINKRONIK ( SEJARAH PEMINATAN)



Assalamualaikum selamat pagi semua...hari ini materi kita tentang cara berpikir diakronik dan sinkronik, walaupun sudah di ajarkan pada seajrah Indonesia tapi tidak ada salahnya di ulang kembali karena ada penilaiannya.

Dalam mempelajari sejarah tentu kita harus dapat berpikir secara sinkronik dan diakronik.
Dengan berpikir seperti itu kita dapat mengetahui sejarah dari segala aspeknya dan kitapun bisa mengetahui urutan kapan peristiwa tersebut terjadi dan apa sangkut pautnya dengan peristiwa yang lain.

Tapi sebenarnya apasih maksudnya berpikir secara sinkronik dan diakronik?

1. BERPIKIR SINKRONIK
Sinkronik aslinya berasal dari bahasa Yunani yaitu "syn" yang artinya Dengan dan "khronos" yang artinya Waktu/Masa.
Tapi Sinkronik artinya Meluas dalam ruang tetapi sempit dalam waktu. Jadi berpikir secara sinkronik itu, kita menganalisa suatu peristiwa pada intinya saja, tidak menganalisa suatu suatu peristiwa dari awal.
Contohnya menjelaskan tentang suasana pada saat tragedi pemberontakan G30S/PKI.
Jadi dengan berpikir secara sinkronik kita dapat mempelajari peristiwa bersejarah secara mendetail.
Adapula ciri-ciri berpikir sinkronik:
1. Bersifat horizontal. (tidak menjelaskan suatu peristiwa dari awal dan hanya pada intinya saja)
2. Cakupan kajian yang lebih sempit.
3. Cenderung lebih sulit dan serius.
4. Kajiannya lebih terstruktur.
5. Mengkaji masa tertentu.
6. Tidak terdapat konsep perbandingan.

2. BERPIKIR DIAKRONIK
Berbeda dengan Sinkronik, Diakronik aslinya berasal dari bahasa latin yaitu "Dia" yang artinya Melalui/Melampaui dan "Chronicus" yang artinya Waktu.T api Diakronik artinya Memanjang dalam waktu tetapi menyempit dalam ruang. Berpikir diakronik disebut juga berpikir kronologis.
Berbeda dengan berpikir sinkronik, berpikir diakronik itu, kita menganalisa suatu peristiwa dari awal mula peristiwa itu terjadi hingga akhir dari peristiwa itu.
Contohnya menjelaskan tentang pertempuran 5 hari disemarang mulai dari awal mula kenapa peristiwa itu terjadi sampai akhir.
Atau, menceritakan tentang kisah hidup seseorang sejak dilahirkan hingga saat ini.
Jadi dengan berpikir secara diakronik/kronologis kita dapat mempelajari proses dari suatu peristiwa bersejarah.

Adapula ciri-ciri berpikir Diakronik :
1. Bersifat vertikal (menjelaskan prroses suatu peristiwa dari awal hingga akhir)
2  Cakupan kajian jauh lebih luas.
3. Terdapat konsep perbandingan.
4. Memiliki sifat historis/komparatif.
5. Mengkaji masa yang satu dan yang lain.

Kamis, 24 September 2020

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA



Assalamualaikum gaes,

kemarin kita sudah penilaian harian, hasilnya masih banyak di bawah kkm. saya harap jika tidak paham atau tidak mengerti maka bertanya lah, jauhkan diri dari rasa malas dan motivasi lah diri untuk semangat belajar di era pandemi ini. saya harap pada materi selanjutnya tidak ada lagi yang remedial........
jadi kita masuk pada materi baru yaitu tentang masa pra aksara di Indonesia yah gaes, apa sih itu masa praaksara dan bagaimana masa praaksara di Indonesia mari kita cuss ke amteri yah gaes

Jika melihat kehidupan di era modern yang serba simple ini, pernahkah kamu bertanya-tanya seperti apa rasanya bila semua kemudahan yang ada tiba-tiba hilang dan zaman es kembali datang? Wah! Enggak banget, deh

Meskipun zaman dulu adalah zaman yang sulit, tapi buktinya nenek moyang kita mampu melewatinya hingga lahirlah generasi modern saat ini yang lebih pintar karena didasari oleh kemampuan yang didapatkan lewat sekolah. Di sekolah, pertama-tama kamu diajarkan cara berkomunikasi, lalu cara membaca, dan kemudian cara-cara lainnya. Bagaimana kalau kemampuanmu itu tiba-tiba lenyap? Lalu, bagaimana cara hidup nenek moyang pada masa praaksara di zaman dahulu yang tidak mengenal cara-cara tersebut, apalagi sekolah, ya?

Apa yang Dimaksud dengan Masa Praaksara?

Masa praaksara yang juga sering disebut sebagai masa nirleka merupakan suatu masa saat manusia purba belum mengenal tulisan. jadi gaes pra aksara dari dua kata yah gaes PRA yang artinya sebelum sedangan AKSARA itu artinya tulisan, jadi kalo di gabung menjadi masa sebelum mengenal tulisan.Sebutan ‘masa praaksara’ ada untuk menggantikan ‘masa prasejarah’ yang dirasa kurang tepat karena meskipun belum mengenal tulisan, manusia purba yang hidup pada masa tersebut sudah memiliki sejarah serta telah menghasilkan kebudayaan. jadi gaes tidak ada lagi menyebutan masa sebelum sejarah, jadi walaupun belum mengenal tulisan manusia pada saat itu sudah memiliki sejarah, bukti bukti sejarah tersebut di dapatkan dari peninggalan-peninggalan berupa fosil fosil dan artefak artefak..
Kapankah Masa Praaksara Dimulai?

Meskipun belum diketahui secara pasti dan belum bisa dibuktikan, namun yang pasti masa praaksara dimulai sejak manusia purba mulai terdapat di muka Bumi.

Pada zaman Neozoikum atau Kainozoikum yang terjadi kurang lebih 65 juta tahun yang lalu, Bumi sudah mulai stabil, sehingga kehidupan semakin berkembang. Neozoikum dibagi menjadi dua, yaitu zaman tersier (zaman ketiga) serta zaman kuarter (zaman keempat).

Pada zaman tersier, binatang besar mulai berkurang, tergantikan oleh jenis-jenis binatang menyusui, misalnya kera dan monyet. Sementara itu, pada zaman kuarter, mulai muncul tanda-tanda adanya kehidupan manusia purba.

Zaman kuarter sendiri terbagi ke dalam dua masa, yakni masa Plaistosen yang merupakan awal kehidupan manusia dan seringkali disebut sebagai zaman es serta masa Halosen yang merupakan awal kemunculan Homo sapiens yang diyakini sebagai nenek moyang dari masa modern.

jadi perlu di ingat yah gaes, masa pra aksara itu di mulai sejak adanya kehidupan dan berakhir ketika manusia mengenal tulisan, jadi gaes berakhirnya masa pra aksara di setiap wilayah di bumi itu berbeda beda yah gaes seperti halnya di Indonesia di perkirakan masuk masa Aksara sekitar abad ke 4, mengapa demikian karena di temukan nya prasasti di kerajaan kutai dengan di temukan nya prasasti tersebut ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia saat itu sudah bisa menulis. beda halnya dengan di Mesir, di Mesir masa prakasara berakhir 3000 SM wuihhhhh jauh sekali yah gaes dengan di Indonesia, rentang waktunya 6000 tahuanan, kenapa bisa demikian gaes??? di cari yah gaes jawaban nya heheehe

Bagaimana Cara Hidup di Masa Praaksara?


Melihat masa zaman es yang pastinya begitu sulit dilewati tanpa cara hidup yang menyesuaikan, pastilah manusia purba yang hidup di masa praaksara memiliki cara hidup tersendiri.

Manusia purba memiliki dua karakter khas dalam pola huniannya. Pertama, mereka memilih tinggal dekat dengan sumber air karena air merupakan kebutuhan manusia yang amat sangat penting, mulai dari sebagai kebutuhan jasmani hingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, mereka lebih memilih hidup di alam terbuka. Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo adalah bukti dari pola hunian ini.

Hasil penelitian berupa fosil maupun artefak lainnya menunjukkan bahwa manusia purba masa praaksara pada awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, alias masih bergantung pada alam. Karena itu, mereka juga hidup berpindah-pindah seiring dengan ketersediaan makanan. Masa ini disebut pula dengan masa food gathering.


Setelah masa food gathering, mereka mulai mengenal masa food producing. Tidak hanya mengumpulkan makanan, manusia purba juga mulai melakukan kegiatan bercocok tanam untuk mengusahakan makanannya. Jika tanah sudah habis, mereka akan mencari lahan baru. Mereka mulai menebang bahkan membakar hutan. Jadi, kalau masih ada pelaku pembakaran hutan di tahun 2019 ini, mungkin dia hidup pada zaman yang salah, Quipperian.


Manusia purba masa praaksara juga memiliki sistem kepercayaan, lho. Ada tiga sistem kepercayaan yang diyakini merupakan bagian dari masa praaksara. Pertama, animisme yang mempercayai pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupannya. Kedua, dinamisme yang mempercayai kekuatan suatu benda dalam mempengaruhi kehidupannya. Ketiga, totemisme yang mempercayai kekuatan hewan yang dianggap suci.

Semua hal ini dapat ditemukan dari hasil penelitian arkeolog, baik berupa fosil maupun artefak.
Siapa Saja Manusia Purba yang Ada ai Indonesia?

Ada tiga jenis manusia purba yang fosilnya ditemukan di Indonesia, yaitu:
1. Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba paling tua di Jawa ini memiliki tubuh besar dan kekar. Rahangnya besar, tulangnya tebal, dan keningnya menonjol. Meganthropus Paleojavanicus hidup kira-kira dua juta tahun SM. Fosilnya ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. Von Koenigswald pada 1936 dan 1941 di Sangiran, Solo.
2. Pithecanthropus Erectus
Dari namanya, manusia purba satu ini merupakan manusia kera yang berjalan tegak. Tingginya sekitar 165-180 cm, sama dengan manusia zaman now. Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, dekat Bengawan Solo.
3. Homo
Manusia purba ini lebih sempurna dibandingkan dengan kedua pendahulunya. Ada tiga jenis Homo di Indonesia, yaitu:
Homo Soloensis
Seperti kedua pendahulunya, Homo Soloensis juga berasal dari Solo. Fosilnya ditemukan oleh Ir. Oppenorth di Ngandong. Tinggi badannya yaitu 180 cm dan tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus. Homo Soloensis dapat berjalan tegak.
Homo Wajakenesis
Ditemukan oleh Van Reitschoten pada 1889 di Wajak, Jawa Timur, manusia purba ini memiliki tinggi badan yang berkisar dari 130-210 cm dengan tengkorak yang lebih bulat. Mereka juga dapat berjalan tegak serta memiliki keahlian untuk membuat peralatan dari batu, kayu, dan tulang-belulang.
Homo Sapiens
Manusia purba generasi terakhir ini memiliki ciri-ciri fisik yang menyerupai manusia modern masa sekarang.

sampai disini dulu yah ages materinya, jangan lupa yah gaes kalo ga mengerti silahkan bertanya, silahkan whatsapp nomor saya....jangan lupa cek tugas yah gaes...besok akan saya upload tugasnya




Selasa, 08 September 2020

Sejarah Sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu dan Seni


Sejarah Sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu dan Seni

1. Sejarah sebagai peristiwa

Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa.

Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.


2. Sejarah sebagai kisah

Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian berbagai ahli yang kemudian menulisnya. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi. Sementara itu, untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu.

Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah. 


3. Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah sebagai ilmu memiliki arti bahwa sejarah merupakan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu, kemudian disusun secara sistematis dan memiliki metode pengkajian ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan suatu kebenaran atau suatu hal yang nyata.

Sejarah sebagai studi keilmuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang pernah terjadi dan dialami oleh manusia di waktu lampau dan telah meninggalkan jejak-jejaknya hingga waktu sekarang. Dalam hal tersebut, aspek utama atau tekanan perhatian terletak pada peristiwa yang terjadi (peristiwa yang bersifat khusus) dan ditulis dalam urutan perkembangannya sampai menjadi suatu cerita sejarah.

Ciri-ciri Sejarah sebagai Ilmu

  1. Bersifat Empiris

Empiris merupakan sebuah kata yang bermakna pengalaman, percobaan, penemuan, atau pengamatan yang dilakukan. Salah satu ciri tersebut berasal dari bahasa Yunani, tepatnya dari kata Empiria. Sejarah sebagai ilmu memiliki sifat empiris dikarenakan sejarah melakukan kajian pada peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau.

Kajian dilakukan atas dasar bukti-bukti atau jejak-jejak yang ditemukan dan mendukung adanya peristiwa, salah satu bentuk jejak atau bukti dapat berupa sebuah dokumen. Kemudian, dokumen itulah yang akan diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta.

  1. Memiliki Objek

Ciri-ciri yang kedua adalah memiliki objek yang berarti adanya perubahan atau perkembangan kegiatan atau aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau). Dalam hal ini, waktu merupakan salah satu unsur paling penting dalam sejarah. Tentu saja waktu yang dimaksud adalah waktu waktu terjadinya peristiwa di masa lalu.

  1. Memiliki Teori

Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh ahli dan berfungsi sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa yang terjadi. Dalam sejarah, isi dari teori adalah satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu yang diajarkan berdasarkan keperluan peradaban.

Sedangkan rekonstruksi sejarah yang dilakukan ialah pengenalan adanya teori yang berkaitan dengan beberapa hal, yaitu sebab akibat, subjektivitas, objektivitas, dan eksplanasi.

  1. Memiliki Metode

Metode merupakan langkah atau cara yang sistematis serta tidak melenceng dari norma-norma yang berlaku dan digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap ilmu pengetahuan tentu memiliki tujuan, begitu juga sejarah.

Sementara itu, tujuan dari ilmu sejarah ialah menjelaskan perkembangan atau perubahan kehidupan yang dilalui oleh manusia dari waktu ke waktu. Dalam sejarah, metode berfungsi untuk mencari kebenaran terkait peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi di masa lampau. Sehingga para sejarawan harus benar-benar teliti dalam menyimpulkan suatu peristiwa.

  1. Mempunyai Generalisasi

Ciri-ciri terakhir sejarah sebagai ilmu ialah mempunyai generalisasi. Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan yang bersifat umum yang ditarik dari suatu pengamatan dan pemahaman penulis.

Contoh Sejarah sebagai Ilmu

  1. Teori masuknya Hindu-Budha ke Indonesia

Contoh pertama adalah mengenai teori masuknya agama serta kebudayaan Hindu-Budha ke Nusantara. Berdasarkan referensi yang ada, banyak sekali teori yang membahas tentang peristiwa ini, termasuk 4 teori yang cukup terkenal yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Arus Balik.

Masing-masing teori telah memiliki bukti dan telah dikaji secara ilmiah serta sistematis, sehingga teori tersebut dapat dikategorikan sebagai contoh sejarah sebagai ilmu.

  1. Teori masuknya Islam ke Indonesia

Selain masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia, teori tentang masuknya Islam ke Indonesia juga masuk dalam kategori contoh sejarah sebagai ilmu. Terdapat banyak teori dalam peristiwa masuknya Islam ke Indonesia, salah satunya adalah teori Gujarat.

Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa agama Islam yang berhasil masuk ke Nusantara adalah berasal dari Gujarat. Selain itu, terdapat teori-teori lainnya yang memiliki pendapat berbeda dan tentunya juga memiliki bukti yang kuat. Maka dari itu teori masuknya Islam ke Indonesia menjadi salah satu contoh sejarah sebagai ilmu.

  1. Teori Nusantara

Teori Nusantara disebut juga sebagai teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang menjelaskan tentang nenek moyang Indonesia yang bukan berasal dari luar Nusantara. Teori ini diperkuat dengan adanya bukti, mulai dari kondisi geografis Indonesia, persebaran manusia, dan juga migrasi bahasa.

  1. Teori Yunan

Selain teori Nusantara, terdapat teori lain yang menjelaskan tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yaitu teori Yunan. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Tiongkok Selatan adalah daerah asal nenek moyang Indonesia, lebih tepatnya adalah daerah Yunan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya jejak-jejak yang telah diteliti oleh para sejarawan.

  1. Teori Out of Taiwan

Tak hanya teori Nusantara dan Yunan saja yang menjelaskan tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia, teori lainnya yang membahas hal sama yaitu teori Out Of Taiwan. Teori ini menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari rumpun Austronesia dan menjadi salah satu contoh sejarah sebagai ilmu karena memiliki bukti yang kuat dari hasil pendekatan linguistik/ bahasa.

Bagaimana, kamu sudah mengerti tentang penjelasan yang Burhan berikan tentang sejarah sebagai ilmu? Contoh-contoh yang telah Burhan sebutkan di atas bisa menambah pengetahuan kamu tentang hal ini. Sampai di sini dulu informasi yang bisa Burhan berikan, sampai jumpa di lain waktu ya.

 4. Sejarah sebagai seni

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah  George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda. Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer,dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat  dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.

Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti.
Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni.

 LINK VIDIO 

SEJARAH SEBAGAI KISAH,PERISTIWA,ILMU dan SENI 

 

 

Kamis, 03 September 2020

Berpikir Sinkronik dan kausalitas

Assalamualaikum...
tetap semangat yah gaes dan jangan lupa jaga selalu kesehatan...
pada materi sebelumnya kita sudah membahas tentang cara berpikir kronologis dan diakronik, dari kedua cara berpikir tersebut, kedua nya sama sama meniti beratkan pada waktu, jadi hal yang utama adalah waktu, pada tugas sebelumnya masih banyak yang belum paham bagaimana bercerita secara kronologi, ingat yah gaes kronologi itu miniti beratkan pada waktu jadi setiap kita bercerita harus ada kejelasan waktunya, perhatikan contohnya gaes

berikut adalah contoh kronologi terjadinya kemerdekaan Indonesia
6 Agustus 1945
Kota Hiroshima dibom oleh AS
9 Agustus kota Nagasaki dibom oleh AS
 14 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
15 Agustus 1945
Rapat golongan Pemuda di Asrama Cikini membahas kemerdekaan Indonesia
Terjadi perbedaan pendapat golongan tua dengan golongan muda
 16 Agustus 1945
Pagi : Peristiwa Rengasdengklok
Sore : Perumusan Naskah Proklamasi
17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dari contoh jelas yah gaes bahwa dari setiap kejadian atau peristiwa pastilah ada waktu yang jelas, untuk itu bila kita menceritakan sejarah secara kronologis kita harus bercerita secara runtutan waktunya. dan perlu di ingat nih gaes kenapa sih kita harus bercerita secara kronologis, hal ini dikarenakan supaya tidak terjadi anakronisme, anakronisme di sini di artikan kerancuhan dalam cerita sejarah, bayangin aja gaes ada banyak kegiatan yang soekarno lakukan menjelang kemerdekaan sampai dengan pembacaan teks proklamasi, jika tidak di ceritakan secara urut bisa bisa kita akan sulit memahami sejarahnya. karena setiap peristiwa pastilah berkaitan gaes, dan ketika kita mengkaitan peristiwa tersebut kita akan mendapatkan sebab dan akibat terjadinya sebuah persitiwa.
semoga bisa di pahami yah gaes, kalo tidak paham jangan lupa bertanya, tidak ada sesuatu yang sulit jika kita bertanya. 
1. Berpikir Sinkronik
Bagaimanakah berpikir sinkronik?
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa.Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal.Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak. Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.Bagaimanakah ciri-ciri sinkronik?Ciri -Ciri sinkronik yakni sebagai berikut :
1. Mengkaji pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit
Contoh berpikir sinkronik :Anda pasti mengetahui kapan Sumpah Pemuda di laksanakan, bagaimanakah dampak sosial setelah terjadinya Peristiwa Sumpah Pemuda.

baca dan pahami yah gaes, jadi jelas perbedaan antara cara berpikir diakronik dan cara berpikir sinkronik, letak utama perbedaan nya adalah kaitan nya dengan waktu, jika diakronik bersifiat vertikal atau memanjang secara waktu sedangkan sinkronik bersifat horizontal atau hanya pada waktu tersebut saja,  contoh berpikir diakronik adalah peristiwa pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945, yang kita ceritakan / kisahkan adalah runtutan peristiwa atau kejadian nya, tetapi jika kita bercerita secara sinkronik kita tidak bercerita tentang kejadian secara waktu tetapi miniti beratkan pada pengkajiannya, sebagai contoh berpikir sinkronik : dampak sosial, politik dan ekonomi dari di bacakan nya teks proklamasi. kira kira begitu yah gaes membedakan diakronik dan sinkronik, kalo masih sulit di pahami jangan luipa bertanya gaes

2. Konsep Pereodesasi
a. pengertian Pereodesasi
Periodisasi merupakan suatu pembabakan waktu yang dipergunakan untuk segala macam peristiwa. Kompleksnya peristiwa atau kejadian yang terjadi didalam kehidupan manusia pada tiap-tiap masa itu membutuhkan suatu pengklasifikasian dengan berdasarkan bentuk serta jenis kejadian atau peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang sudah atau telah diklasifikasikan tersebut disusun dengan secara kronologis dengan berdasarkan urutan waktu kejadiannya.
Periodisasi tersebut digunakan untuk dapat mempermudah pemahaman serta juga pembahasan sejarah kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti tersebut berakibat pada adanya perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah tersebut memiliki sifat subjektif yang dipengaruhi pada subjek permasalahan dan juga peneliti pribadinya.
b. Tujuan Pereodesasi
Dibawah ini merupakan tujuan dari periodisasi diantaranya sebagai berikut:
1. Memudahkan dalam mendapatkan suatu gambaran tentang kejadian-peristiwa seluruhnya
Jumlah tahun kejadian peristiwa sangatlah banyak sehingga rangkaian-rangkaian tahun dan sebagainya itu merupakan deretan yang tak berujung dan tak berpangkal. Untuk mendapatkan suatu gambaran atau pandangan maka deretan tersebut pun dibagi-bagi (M.Ali, 2006: 49).

2. Menyederhanakan kisah sejarah yang panjang dan rumit
Dalam menghadapi keruwetan, pikiran mengurai-uraikan, melakukan pembagian-pembagian dan penggolongan-penggolongan. Gambaran yang ruwet pun disederhanakan dan diikhtisarka nmenjadi satu tatanan (Orde). Sehingga memudahkan pengertian (Sidi Gazalba, 1981:62).

3. Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
Salah satu syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki sifat sistematis. Semua peristiwa masa lampau dikelompokkan, dihubungkan, kemudian dikaitkan dan disusun secara sistematis.

4. Sebagai dasar penyusunan cerita sejarah
Louis Gotsschalk (1983:149) menyimpulkan “penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis, yakni dalam periode-periode waktu. Sebabnya yalah karena kronologi kiranya merupakan satu-satunya norma obyektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh sejarawan.”

5. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis
Penyusunan cerita sejarah secara kronologis memudahkan kita dalam mengetahui urut-urutan terjadinya suatu peristiwa. Kronologi menghindarkan kita dari keharusan mengulangi kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang sama. Periodisasi yang kronologis dapat mengungkapkan dan menjelaskan sebab-akibat suatu peristiwa. 
Periodisasi Sejarah Indonesia
  • Zaman Pra aksara

Pra Aksara merupakan suatu zaman sebelum manusia itu mengenal tulisan. Sejarah tersebut dipelajari dengan berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala yang berupakan artefak, fitur, ekofak, serta situs. Artefak merupakan  semua benda yang jelas memperlihatkan sebuah hasil garapan sebagian ataupun seluruhnya ialah sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia. Fitur, adalah suatu artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempatnya. Ekofak merupakan suatu benda dari unsur lingkungan abiotik atau juga biotik. Situs merupakan suatu bidang tanah yang didalamnya mengandung peninggalan purbakala.
  • Zaman Sejarah

Zaman sejarah merupakan suatu zaman di mana manusia itu sudah mengenal tulisan. Zaman sejarah ini dibagi menjadi 3 (tiga) diantaranya sebagai berikut :
  1. Zaman Kuno
    zaman yang membicarakan sejak kerajaan tertua hingga abad ke-14. Dizaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu serta juga Buddha.
  2. Zaman Indonesia Baru
    Dimulai pada abad ke-15 yang membicarakan masa berkembangnya budaya Islam sampai pada abad ke-18.
  3. Zaman Indonesia Modern
    sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800), pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka sampai sekarang atau juga masa kontemporer. tberdapat eberapa unsur yang sering memengaruhi penyusunan periode sejarah, salah satunya adalaha unsur geografi, karena adanya perubahan tapal batas, perubahan aliran sungai, gedung kuno di rehab, bahkan juga adanya perubahan flora dan fauna dapat mengaburkan jejak-jejak sejarah.

Hal-hal yang Mempengaruhi Periodisasi

Periodisasi sejarah sebagai dasar penyusunan cerita sejarah sangat dipengaruhi oleh sejarawan itu sendiri. Perbedaan batas-batas pengkurunan berbeda antara sejarawan yang satu dengan yang lain. Periodisasi sejarah merupakan pendapat para sejarawan berdasarkan tafsiran dari pengamatannya. Oleh sebab itu periodisasi bersifat subyektif dan seringkali menimbulkan perbedaan pendapat/pandangan antara sejarawan yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh subjek permasalahan, adanya perbedaan cara penilaian dan cara  berpikir sejarawan itu sendiri. Maka dari itu periodisasi erat hubungannya dengan agama, filsafat, kepercayaan, keyakinan, dan pandangan hidup. Selain itu perbedaan sikap, kebudayaan, dan politik masanya juga dapat mempengaruhi cara berpikir para sejarawan.
Seperti halnya perbedaan pendapat mengenai awal kurun Hindia-Belanda. Ada yang mengatakan setelah seluruh wilayah Indonesia dikuasai Belanda. Ada pula yang mengatakan bahwa hal itu dimulai sejak Belanda mulai menanamkan kekusasaannya di Indonesia, atau bahkan sejak lahirnya nama Hindia-Belanda itu sendiri.
Babakan waktu merupakan cerminan pandangan hidup penyusun. Kepribadian penyusun tampak di dalamnya. M. Ali (2006: 55) menyimpulkan “babakan waktu sebetulnya merupakan rangkaian (intisari) menurut keyakinan seseorang penulis, sehingga sejauh mana pengetahuan seseorang tentang sejarah dapat dilihat dari babakan waktu yang dibuat olehnya.” Maka dari itu, dangkal, dalam, luas atau sempit pengetahuan penyusun tampak dari babakan waktu yang dibuatnya.

 3. Konsep Kausalitas
Konsep berpikir kausalitas mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian dari kita. Namun, dalam belajar sejarah konsep berpikir ini penting, karena bisa menggali suatu peristiwa secara mendalam baik sebab maupun akibatnya.
Pada materi-materi sebelumnya telah dijelaskan beberapa konsep berpikir dalam belajar sejarah seperti kronologis, diakronik, dan sinkronik. Saat ini kita akan membahas konsep berpikir kausalitas. Apa pengertian dari konsep berpikir kausalitas? Kita simak yuk penjelasannya!
Konsep berpikir kausalitas bisa juga disebut dengan berfikir secara kronologis. Kausalitas ini menyangkut hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Secara umum pengetahuan tentang hubungan sebab akibat sangat penting dalam mempelajari sejarah terutama untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa itu terjadi.
Teori kausalitas terdiri dari monokausalitas yang berhubungan dengan sebab akibat yang pertama kali muncul dalam ilmu sejarah. Sedangkan multikausalitas didefinisikan sebagai penjelasan suatu peristiwa dengan memperhatikan berbagai penyebab.
Sama halnya dengan konsep berpikir kronologis, dalam teori kausalitas ini juga bisa memberikan gambaran utuh suatu peristiwa sesuai dengan urutan waktu kejadian. Dengan kata lain, kausalitas bisa membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa bersejarah sesuai dengan urusan waktunya karena mengacu kepada sebab dan akibat dari peristiwa tersebut
Adapun, salah satu contoh peristiwa sejarah dengan hubungan kausalitas adalah sebab dan akibat dari dilaksanakannya sistem tanam paksa (culturstelsel). Tanam paksa adalah upaya pemerintah kolonial Belanda untuk menutupi keuangan kas Belanda yang mengalami defisit akibat banyak membiayai perang.
Melalui tanam paksa ini pemerintah kolonial Belanda mengajak rakyat Pribumi untuk menanam tanaman ekspor seperti teh, tembakau, kakao, kopi, dan kina. Selama kurang lebih 40 tahun dilaksanakan tanam paksa Belanda berhasil mendapatkan keuntungan dari penjualan tanaman ekspor, sekaligus mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat pribumi yang menanam tanaman ekspor namun tidak mendapatkan yang layak dari pemerintahan kolonial Belanda.
Dalam konsep berpikir kausalitas, ini terlihat bahwa “sebab” dari peristiwa sejarah tersebut adalah “sistem tanam paksa”dari pemerintah kolonial Belanda. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa sejarah tersebut antara lain :
  1. Penderitaan rakyat berupa kelaparan, karena rakyat terlalu fokus mengurus tanaman ekspor hingga tanaman pangan menjadi terbengkalai.
  2. Petani mulai mengenal jenis dan cara merawat dari tanaman ekspor.
  3. Muncul kritikan atas kebijakan sistem tanam paksa dari kalangan humanis dan liberal Belanda.
  4. Muncul kebijakan baru sebagai upaya balas budi yang dikenal dengan politik etis.
Dengan melihat penjelasan tersebut, maka konsep berpikir kausalitas perlu juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa membantu dalam memecahkan masalah. Pasalnya, jika kita tidak berpikir sebab akibatnya maka kita bisa berlaku seenaknya dan malah akan menimbulkan masalah.
 

Kerajaan Islam di Sulawesi

 Assalamulaikum selamat pagi semua, semoga dalam keadaan sehat pada materi sebelumnya kita mempelajari tentang kerajaan Islam yang ada di Ka...