Selasa, 08 September 2020

Sejarah Sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu dan Seni


Sejarah Sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu dan Seni

1. Sejarah sebagai peristiwa

Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa.

Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.


2. Sejarah sebagai kisah

Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian berbagai ahli yang kemudian menulisnya. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi. Sementara itu, untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu.

Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah. 


3. Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah sebagai ilmu memiliki arti bahwa sejarah merupakan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu, kemudian disusun secara sistematis dan memiliki metode pengkajian ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan suatu kebenaran atau suatu hal yang nyata.

Sejarah sebagai studi keilmuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang pernah terjadi dan dialami oleh manusia di waktu lampau dan telah meninggalkan jejak-jejaknya hingga waktu sekarang. Dalam hal tersebut, aspek utama atau tekanan perhatian terletak pada peristiwa yang terjadi (peristiwa yang bersifat khusus) dan ditulis dalam urutan perkembangannya sampai menjadi suatu cerita sejarah.

Ciri-ciri Sejarah sebagai Ilmu

  1. Bersifat Empiris

Empiris merupakan sebuah kata yang bermakna pengalaman, percobaan, penemuan, atau pengamatan yang dilakukan. Salah satu ciri tersebut berasal dari bahasa Yunani, tepatnya dari kata Empiria. Sejarah sebagai ilmu memiliki sifat empiris dikarenakan sejarah melakukan kajian pada peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau.

Kajian dilakukan atas dasar bukti-bukti atau jejak-jejak yang ditemukan dan mendukung adanya peristiwa, salah satu bentuk jejak atau bukti dapat berupa sebuah dokumen. Kemudian, dokumen itulah yang akan diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta.

  1. Memiliki Objek

Ciri-ciri yang kedua adalah memiliki objek yang berarti adanya perubahan atau perkembangan kegiatan atau aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau). Dalam hal ini, waktu merupakan salah satu unsur paling penting dalam sejarah. Tentu saja waktu yang dimaksud adalah waktu waktu terjadinya peristiwa di masa lalu.

  1. Memiliki Teori

Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh ahli dan berfungsi sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa yang terjadi. Dalam sejarah, isi dari teori adalah satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu yang diajarkan berdasarkan keperluan peradaban.

Sedangkan rekonstruksi sejarah yang dilakukan ialah pengenalan adanya teori yang berkaitan dengan beberapa hal, yaitu sebab akibat, subjektivitas, objektivitas, dan eksplanasi.

  1. Memiliki Metode

Metode merupakan langkah atau cara yang sistematis serta tidak melenceng dari norma-norma yang berlaku dan digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap ilmu pengetahuan tentu memiliki tujuan, begitu juga sejarah.

Sementara itu, tujuan dari ilmu sejarah ialah menjelaskan perkembangan atau perubahan kehidupan yang dilalui oleh manusia dari waktu ke waktu. Dalam sejarah, metode berfungsi untuk mencari kebenaran terkait peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi di masa lampau. Sehingga para sejarawan harus benar-benar teliti dalam menyimpulkan suatu peristiwa.

  1. Mempunyai Generalisasi

Ciri-ciri terakhir sejarah sebagai ilmu ialah mempunyai generalisasi. Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan yang bersifat umum yang ditarik dari suatu pengamatan dan pemahaman penulis.

Contoh Sejarah sebagai Ilmu

  1. Teori masuknya Hindu-Budha ke Indonesia

Contoh pertama adalah mengenai teori masuknya agama serta kebudayaan Hindu-Budha ke Nusantara. Berdasarkan referensi yang ada, banyak sekali teori yang membahas tentang peristiwa ini, termasuk 4 teori yang cukup terkenal yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Arus Balik.

Masing-masing teori telah memiliki bukti dan telah dikaji secara ilmiah serta sistematis, sehingga teori tersebut dapat dikategorikan sebagai contoh sejarah sebagai ilmu.

  1. Teori masuknya Islam ke Indonesia

Selain masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia, teori tentang masuknya Islam ke Indonesia juga masuk dalam kategori contoh sejarah sebagai ilmu. Terdapat banyak teori dalam peristiwa masuknya Islam ke Indonesia, salah satunya adalah teori Gujarat.

Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa agama Islam yang berhasil masuk ke Nusantara adalah berasal dari Gujarat. Selain itu, terdapat teori-teori lainnya yang memiliki pendapat berbeda dan tentunya juga memiliki bukti yang kuat. Maka dari itu teori masuknya Islam ke Indonesia menjadi salah satu contoh sejarah sebagai ilmu.

  1. Teori Nusantara

Teori Nusantara disebut juga sebagai teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang menjelaskan tentang nenek moyang Indonesia yang bukan berasal dari luar Nusantara. Teori ini diperkuat dengan adanya bukti, mulai dari kondisi geografis Indonesia, persebaran manusia, dan juga migrasi bahasa.

  1. Teori Yunan

Selain teori Nusantara, terdapat teori lain yang menjelaskan tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yaitu teori Yunan. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Tiongkok Selatan adalah daerah asal nenek moyang Indonesia, lebih tepatnya adalah daerah Yunan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya jejak-jejak yang telah diteliti oleh para sejarawan.

  1. Teori Out of Taiwan

Tak hanya teori Nusantara dan Yunan saja yang menjelaskan tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia, teori lainnya yang membahas hal sama yaitu teori Out Of Taiwan. Teori ini menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari rumpun Austronesia dan menjadi salah satu contoh sejarah sebagai ilmu karena memiliki bukti yang kuat dari hasil pendekatan linguistik/ bahasa.

Bagaimana, kamu sudah mengerti tentang penjelasan yang Burhan berikan tentang sejarah sebagai ilmu? Contoh-contoh yang telah Burhan sebutkan di atas bisa menambah pengetahuan kamu tentang hal ini. Sampai di sini dulu informasi yang bisa Burhan berikan, sampai jumpa di lain waktu ya.

 4. Sejarah sebagai seni

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah  George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda. Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer,dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat  dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.

Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti.
Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni.

 LINK VIDIO 

SEJARAH SEBAGAI KISAH,PERISTIWA,ILMU dan SENI 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Islam di Sulawesi

 Assalamulaikum selamat pagi semua, semoga dalam keadaan sehat pada materi sebelumnya kita mempelajari tentang kerajaan Islam yang ada di Ka...