Assalamualaikum...
tetap semangat yah gaes dan jangan lupa jaga selalu kesehatan...
pada materi sebelumnya kita sudah membahas tentang cara berpikir kronologis dan diakronik, dari kedua cara berpikir tersebut, kedua nya sama sama meniti beratkan pada waktu, jadi hal yang utama adalah waktu, pada tugas sebelumnya masih banyak yang belum paham bagaimana bercerita secara kronologi, ingat yah gaes kronologi itu miniti beratkan pada waktu jadi setiap kita bercerita harus ada kejelasan waktunya, perhatikan contohnya gaes
tetap semangat yah gaes dan jangan lupa jaga selalu kesehatan...
pada materi sebelumnya kita sudah membahas tentang cara berpikir kronologis dan diakronik, dari kedua cara berpikir tersebut, kedua nya sama sama meniti beratkan pada waktu, jadi hal yang utama adalah waktu, pada tugas sebelumnya masih banyak yang belum paham bagaimana bercerita secara kronologi, ingat yah gaes kronologi itu miniti beratkan pada waktu jadi setiap kita bercerita harus ada kejelasan waktunya, perhatikan contohnya gaes
berikut adalah contoh kronologi terjadinya kemerdekaan Indonesia
6 Agustus 1945
Kota Hiroshima dibom oleh AS
9 Agustus kota Nagasaki dibom oleh AS
14 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
15 Agustus 1945
Rapat golongan Pemuda di Asrama Cikini membahas kemerdekaan Indonesia
Terjadi perbedaan pendapat golongan tua dengan golongan muda
16 Agustus 1945
Pagi : Peristiwa Rengasdengklok
Sore : Perumusan Naskah Proklamasi
17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2. Konsep Pereodesasi
4. Sebagai dasar penyusunan cerita sejarah
Louis Gotsschalk (1983:149) menyimpulkan “penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis, yakni dalam periode-periode waktu. Sebabnya yalah karena kronologi kiranya merupakan satu-satunya norma obyektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh sejarawan.”
5. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis
Penyusunan cerita sejarah secara kronologis memudahkan kita dalam mengetahui urut-urutan terjadinya suatu peristiwa. Kronologi menghindarkan kita dari keharusan mengulangi kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang sama. Periodisasi yang kronologis dapat mengungkapkan dan menjelaskan sebab-akibat suatu peristiwa.
Pada materi-materi sebelumnya telah dijelaskan beberapa konsep berpikir dalam belajar sejarah seperti kronologis, diakronik, dan sinkronik. Saat ini kita akan membahas konsep berpikir kausalitas. Apa pengertian dari konsep berpikir kausalitas? Kita simak yuk penjelasannya!
Konsep berpikir kausalitas bisa juga disebut dengan berfikir secara kronologis. Kausalitas ini menyangkut hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Secara umum pengetahuan tentang hubungan sebab akibat sangat penting dalam mempelajari sejarah terutama untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa itu terjadi.
Teori kausalitas terdiri dari monokausalitas yang berhubungan dengan sebab akibat yang pertama kali muncul dalam ilmu sejarah. Sedangkan multikausalitas didefinisikan sebagai penjelasan suatu peristiwa dengan memperhatikan berbagai penyebab.
Sama halnya dengan konsep berpikir kronologis, dalam teori kausalitas ini juga bisa memberikan gambaran utuh suatu peristiwa sesuai dengan urutan waktu kejadian. Dengan kata lain, kausalitas bisa membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa bersejarah sesuai dengan urusan waktunya karena mengacu kepada sebab dan akibat dari peristiwa tersebut
dari contoh jelas yah gaes bahwa dari setiap kejadian atau peristiwa pastilah ada waktu yang jelas, untuk itu bila kita menceritakan sejarah secara kronologis kita harus bercerita secara runtutan waktunya. dan perlu di ingat nih gaes kenapa sih kita harus bercerita secara kronologis, hal ini dikarenakan supaya tidak terjadi anakronisme, anakronisme di sini di artikan kerancuhan dalam cerita sejarah, bayangin aja gaes ada banyak kegiatan yang soekarno lakukan menjelang kemerdekaan sampai dengan pembacaan teks proklamasi, jika tidak di ceritakan secara urut bisa bisa kita akan sulit memahami sejarahnya. karena setiap peristiwa pastilah berkaitan gaes, dan ketika kita mengkaitan peristiwa tersebut kita akan mendapatkan sebab dan akibat terjadinya sebuah persitiwa.
semoga bisa di pahami yah gaes, kalo tidak paham jangan lupa bertanya, tidak ada sesuatu yang sulit jika kita bertanya.
1. Berpikir Sinkronik
Bagaimanakah berpikir sinkronik?
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa.Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal.Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak. Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.Bagaimanakah ciri-ciri sinkronik?Ciri -Ciri sinkronik yakni sebagai berikut :
1. Mengkaji pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit
Contoh berpikir sinkronik :Anda pasti mengetahui kapan Sumpah Pemuda di laksanakan, bagaimanakah dampak sosial setelah terjadinya Peristiwa Sumpah Pemuda.
baca dan pahami yah gaes, jadi jelas perbedaan antara cara berpikir diakronik dan cara berpikir sinkronik, letak utama perbedaan nya adalah kaitan nya dengan waktu, jika diakronik bersifiat vertikal atau memanjang secara waktu sedangkan sinkronik bersifat horizontal atau hanya pada waktu tersebut saja, contoh berpikir diakronik adalah peristiwa pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945, yang kita ceritakan / kisahkan adalah runtutan peristiwa atau kejadian nya, tetapi jika kita bercerita secara sinkronik kita tidak bercerita tentang kejadian secara waktu tetapi miniti beratkan pada pengkajiannya, sebagai contoh berpikir sinkronik : dampak sosial, politik dan ekonomi dari di bacakan nya teks proklamasi. kira kira begitu yah gaes membedakan diakronik dan sinkronik, kalo masih sulit di pahami jangan luipa bertanya gaes
2. Konsep Pereodesasi
a. pengertian Pereodesasi
Periodisasi merupakan suatu pembabakan
waktu yang dipergunakan untuk segala macam peristiwa. Kompleksnya
peristiwa atau kejadian yang terjadi didalam kehidupan manusia pada
tiap-tiap masa itu membutuhkan suatu pengklasifikasian dengan
berdasarkan bentuk serta jenis kejadian atau peristiwa tersebut.
Peristiwa-peristiwa yang sudah atau telah diklasifikasikan tersebut
disusun dengan secara kronologis dengan berdasarkan urutan waktu
kejadiannya.
Periodisasi tersebut
digunakan untuk dapat mempermudah pemahaman serta juga pembahasan
sejarah kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti
tersebut berakibat pada adanya perbedaan pandangan sehingga periodisasi
sejarah tersebut memiliki sifat subjektif yang dipengaruhi pada subjek
permasalahan dan juga peneliti pribadinya.
b. Tujuan Pereodesasi
Dibawah ini merupakan tujuan dari periodisasi diantaranya sebagai berikut:
1. Memudahkan dalam mendapatkan suatu gambaran tentang kejadian-peristiwa seluruhnya
Jumlah tahun kejadian peristiwa sangatlah banyak sehingga rangkaian-rangkaian tahun dan sebagainya itu merupakan deretan yang tak berujung dan tak berpangkal. Untuk mendapatkan suatu gambaran atau pandangan maka deretan tersebut pun dibagi-bagi (M.Ali, 2006: 49).
2. Menyederhanakan kisah sejarah yang panjang dan rumit
Dalam menghadapi keruwetan, pikiran mengurai-uraikan, melakukan pembagian-pembagian dan penggolongan-penggolongan. Gambaran yang ruwet pun disederhanakan dan diikhtisarka nmenjadi satu tatanan (Orde). Sehingga memudahkan pengertian (Sidi Gazalba, 1981:62).
3. Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
Salah satu syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki sifat sistematis. Semua peristiwa masa lampau dikelompokkan, dihubungkan, kemudian dikaitkan dan disusun secara sistematis.
Jumlah tahun kejadian peristiwa sangatlah banyak sehingga rangkaian-rangkaian tahun dan sebagainya itu merupakan deretan yang tak berujung dan tak berpangkal. Untuk mendapatkan suatu gambaran atau pandangan maka deretan tersebut pun dibagi-bagi (M.Ali, 2006: 49).
2. Menyederhanakan kisah sejarah yang panjang dan rumit
Dalam menghadapi keruwetan, pikiran mengurai-uraikan, melakukan pembagian-pembagian dan penggolongan-penggolongan. Gambaran yang ruwet pun disederhanakan dan diikhtisarka nmenjadi satu tatanan (Orde). Sehingga memudahkan pengertian (Sidi Gazalba, 1981:62).
3. Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
Salah satu syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki sifat sistematis. Semua peristiwa masa lampau dikelompokkan, dihubungkan, kemudian dikaitkan dan disusun secara sistematis.
4. Sebagai dasar penyusunan cerita sejarah
Louis Gotsschalk (1983:149) menyimpulkan “penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis, yakni dalam periode-periode waktu. Sebabnya yalah karena kronologi kiranya merupakan satu-satunya norma obyektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh sejarawan.”
5. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis
Penyusunan cerita sejarah secara kronologis memudahkan kita dalam mengetahui urut-urutan terjadinya suatu peristiwa. Kronologi menghindarkan kita dari keharusan mengulangi kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang sama. Periodisasi yang kronologis dapat mengungkapkan dan menjelaskan sebab-akibat suatu peristiwa.
Periodisasi Sejarah Indonesia
Zaman Pra aksara
Pra
Aksara merupakan suatu zaman sebelum manusia itu mengenal tulisan.
Sejarah tersebut dipelajari dengan berdasarkan peninggalan benda-benda
purbakala yang berupakan artefak, fitur, ekofak, serta situs. Artefak
merupakan semua benda yang jelas memperlihatkan sebuah hasil garapan
sebagian ataupun seluruhnya ialah sebagai pengubahan sumber alam oleh
tangan manusia. Fitur, adalah suatu artefak yang tidak dapat dipindahkan
tanpa merusak tempatnya. Ekofak merupakan suatu benda dari unsur
lingkungan abiotik atau juga biotik. Situs merupakan suatu bidang tanah
yang didalamnya mengandung peninggalan purbakala.
Zaman Sejarah
Zaman
sejarah merupakan suatu zaman di mana manusia itu sudah mengenal
tulisan. Zaman sejarah ini dibagi menjadi 3 (tiga) diantaranya sebagai
berikut :
- Zaman Kuno
zaman yang membicarakan sejak kerajaan tertua hingga abad ke-14. Dizaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu serta juga Buddha. - Zaman Indonesia Baru
Dimulai pada abad ke-15 yang membicarakan masa berkembangnya budaya Islam sampai pada abad ke-18. - Zaman Indonesia Modern
sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800), pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka sampai sekarang atau juga masa kontemporer. tberdapat eberapa unsur yang sering memengaruhi penyusunan periode sejarah, salah satunya adalaha unsur geografi, karena adanya perubahan tapal batas, perubahan aliran sungai, gedung kuno di rehab, bahkan juga adanya perubahan flora dan fauna dapat mengaburkan jejak-jejak sejarah.
Hal-hal yang Mempengaruhi Periodisasi
Periodisasi
sejarah sebagai dasar penyusunan cerita sejarah sangat dipengaruhi oleh
sejarawan itu sendiri. Perbedaan batas-batas pengkurunan berbeda antara
sejarawan yang satu dengan yang lain. Periodisasi sejarah merupakan
pendapat para sejarawan berdasarkan tafsiran dari pengamatannya. Oleh
sebab itu periodisasi bersifat subyektif dan seringkali menimbulkan
perbedaan pendapat/pandangan antara sejarawan yang satu dengan yang
lain. Perbedaan ini disebabkan oleh subjek permasalahan, adanya
perbedaan cara penilaian dan cara berpikir sejarawan itu sendiri. Maka
dari itu periodisasi erat hubungannya dengan agama, filsafat,
kepercayaan, keyakinan, dan pandangan hidup. Selain itu perbedaan sikap,
kebudayaan, dan politik masanya juga dapat mempengaruhi cara berpikir
para sejarawan.
Seperti halnya
perbedaan pendapat mengenai awal kurun Hindia-Belanda. Ada yang
mengatakan setelah seluruh wilayah Indonesia dikuasai Belanda. Ada pula
yang mengatakan bahwa hal itu dimulai sejak Belanda mulai menanamkan
kekusasaannya di Indonesia, atau bahkan sejak lahirnya nama
Hindia-Belanda itu sendiri.
Babakan
waktu merupakan cerminan pandangan hidup penyusun. Kepribadian penyusun
tampak di dalamnya. M. Ali (2006: 55) menyimpulkan “babakan waktu
sebetulnya merupakan rangkaian (intisari) menurut keyakinan seseorang
penulis, sehingga sejauh mana pengetahuan seseorang tentang sejarah
dapat dilihat dari babakan waktu yang dibuat olehnya.” Maka dari itu,
dangkal, dalam, luas atau sempit pengetahuan penyusun tampak dari
babakan waktu yang dibuatnya.
3. Konsep Kausalitas
Konsep berpikir kausalitas mungkin masih terdengar asing di telinga
sebagian dari kita. Namun, dalam belajar sejarah konsep berpikir ini
penting, karena bisa menggali suatu peristiwa secara mendalam baik sebab
maupun akibatnya.Pada materi-materi sebelumnya telah dijelaskan beberapa konsep berpikir dalam belajar sejarah seperti kronologis, diakronik, dan sinkronik. Saat ini kita akan membahas konsep berpikir kausalitas. Apa pengertian dari konsep berpikir kausalitas? Kita simak yuk penjelasannya!
Konsep berpikir kausalitas bisa juga disebut dengan berfikir secara kronologis. Kausalitas ini menyangkut hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Secara umum pengetahuan tentang hubungan sebab akibat sangat penting dalam mempelajari sejarah terutama untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa itu terjadi.
Teori kausalitas terdiri dari monokausalitas yang berhubungan dengan sebab akibat yang pertama kali muncul dalam ilmu sejarah. Sedangkan multikausalitas didefinisikan sebagai penjelasan suatu peristiwa dengan memperhatikan berbagai penyebab.
Sama halnya dengan konsep berpikir kronologis, dalam teori kausalitas ini juga bisa memberikan gambaran utuh suatu peristiwa sesuai dengan urutan waktu kejadian. Dengan kata lain, kausalitas bisa membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa bersejarah sesuai dengan urusan waktunya karena mengacu kepada sebab dan akibat dari peristiwa tersebut
Adapun, salah satu contoh peristiwa sejarah dengan hubungan
kausalitas adalah sebab dan akibat dari dilaksanakannya sistem tanam
paksa (culturstelsel). Tanam paksa adalah upaya pemerintah kolonial
Belanda untuk menutupi keuangan kas Belanda yang mengalami defisit
akibat banyak membiayai perang.
Melalui tanam paksa ini pemerintah kolonial Belanda mengajak rakyat Pribumi untuk menanam tanaman ekspor seperti teh, tembakau, kakao, kopi, dan kina. Selama kurang lebih 40 tahun dilaksanakan tanam paksa Belanda berhasil mendapatkan keuntungan dari penjualan tanaman ekspor, sekaligus mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat pribumi yang menanam tanaman ekspor namun tidak mendapatkan yang layak dari pemerintahan kolonial Belanda.
Dalam konsep berpikir kausalitas, ini terlihat bahwa “sebab” dari peristiwa sejarah tersebut adalah “sistem tanam paksa”dari pemerintah kolonial Belanda. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa sejarah tersebut antara lain :
Melalui tanam paksa ini pemerintah kolonial Belanda mengajak rakyat Pribumi untuk menanam tanaman ekspor seperti teh, tembakau, kakao, kopi, dan kina. Selama kurang lebih 40 tahun dilaksanakan tanam paksa Belanda berhasil mendapatkan keuntungan dari penjualan tanaman ekspor, sekaligus mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat pribumi yang menanam tanaman ekspor namun tidak mendapatkan yang layak dari pemerintahan kolonial Belanda.
Dalam konsep berpikir kausalitas, ini terlihat bahwa “sebab” dari peristiwa sejarah tersebut adalah “sistem tanam paksa”dari pemerintah kolonial Belanda. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa sejarah tersebut antara lain :
- Penderitaan rakyat berupa kelaparan, karena rakyat terlalu fokus mengurus tanaman ekspor hingga tanaman pangan menjadi terbengkalai.
- Petani mulai mengenal jenis dan cara merawat dari tanaman ekspor.
- Muncul kritikan atas kebijakan sistem tanam paksa dari kalangan humanis dan liberal Belanda.
- Muncul kebijakan baru sebagai upaya balas budi yang dikenal dengan politik etis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar