Rabu, 28 April 2021

Kerajaan Islam di Sulawesi

 Assalamulaikum selamat pagi semua, semoga dalam keadaan sehat

pada materi sebelumnya kita mempelajari tentang kerajaan Islam yang ada di Kalimantan, nah pada materi hari ini kita akan mempelajari Kerajaan Islam yang ada di Sulawesi, ada apa saja kerajaan Islam di Sulawesi, mari kita pelajari

1. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan yang berasal dari 2 kerajaan bersaudara di Sulawesi. Dimana kerajaan ini berasal dari sebuah kerajaan penyembah berhala di Sulawesi Selatan yang berhasil mengadopsi agama Islam sebagai agama kerajaan. Lantas, bagaimana sejarah Kerajaan Gowa Tallo ini? Yuk simak beberapa ulasan berikut.

Kisah Tentang Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo yang terletak di Sulawesi Selatan ini berasal dari gabungan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Sebelum menyatukan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Talo, wilayah ini pada dasarnya berasal dari Tonangka Lopi, seorang Raja Gowa VI. Kemudian, raja tersebut membagi 2 wilayah untuk kediaman putranya yang bernama Batara Gowa dan Karaeng Loe Sero.
Batara Gowa melanjutkan masa pemerintahan ayahnya menjadi Raja Gowa VII setelah Tonangka Lopi meninggal. Sedangkan Karaeng Loe Sero akhirnya mendirikan kerajaan baru yang telah diberikan oleh ayahnya bernama Kerajaan Tallo. Kehadiran 2 saudara dalam satu wilayah ini menghadirkan perseteruan yang terus berlanjut.
Namun, kekalahan Kerajaan Tallo menyebabkan 2 wilayah ini kembali disatukan. Kesepakatan penyatuan kedua kerajaan ini dilakukan oleh Raja Gowa X yang bernama I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tonipalangga Ulaweng.
Penyatuan kerajaan menjadi Kerajaan Gowa Tallo ini dilakukan pada akhir masa pemerintahan Raja Gowa X sekitar tahun 1546 Masehi.
Sejarah Kerajaan Gowa Tallo yang telah diungkap lama seringkali diatasnamakan sebagai Kerajaan Makassar. Meski demikian, nama Kerajaan Gowa Tallo menjadi cukup populer karena menggambarkan kisah persatuan dua kerajaan yang selalu berseteru.
Menariknya, persatuan dua kerajaan ini bahkan memiliki sistem pembagian kekuasaan yang unik. Raja Gowa yang berhasil menang dalam pertempuran menjadikan garis keturunan Gowa sebagai raja.
Namun, garis keturunan Tallo juga ikut andil dalam sistem pemerintahan menjadi perdana menteri. Persatuan kerajaan ini bahkan mampu melahirkan kekuatan besar yang berasal dari Pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa Tallo pertama kali akhirnya dipimpin oleh Tunipalangga sebagai penerus Raja Gowa X dengan Nappakata’tana Daeng Padulung sebagai perdana menteri yang berasal dari kerajaan Tallo.
Persatuan kerajaan ini bahkan mampu menghadirkan ekspansi kerajaan tetangga hingga mencapai pedalaman Bugis dan perairan Teluk Bone.
Kerajaan ini bahkan selalu memiliki ambisi untuk menguasai wilayah lain dalam rangka memekarkan wilayah. Meski demikian, sejarah Kerajaan Gowa Tallo melahirkan peperangan dengan wilayah lain di Sulawesi bagian selatan. Beberapa daerah yang kerap bermusuhan dengan kerajaan ini adalah Wajo, Soppeng, Bone dan Luwu.

Kerajaan Gowa Tallo Pada Masa Islam
Perubahan Kerajaan Gowa Tallo sebagai kerajaan Islam terjadi pada tahun 1607. Pasalnya Daeng Manrabbia yang memeluk agama Islam sebagai pemimpin kerajaan ini mengubah bentuk kerajaan menjadi Kesultanan Gowa Tallo. Masa ini bahkan menyebabkan ambisi untuk menaklukan wilayah lain menjadi sistem penyebaran agama.
Meski demikian, kondisi ini sempat menjadi polemik yang terjadi di kalangan etnis Makassar dan Bugis. Kerajaan tetangga seperti Wajo, Soppeng, Bone dan Luwu yang menolak ajakan untuk memeluk agama Islam bahkan juga berhasil ditaklukan dengan mudah.
Perubahan kerajaan menjadi Islam ini menghadirkan ketentraman di tanah Makassar dan Bugis. Bahkan sejarah Kerajaan Gowa Tallo juga sempat memperoleh masa kejayaan, ketika kerajaan ini dipimpin oleh Karaeng Bonto Mangape atau dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin.
Keberanian dan tekad yang dikobarkan oleh Sultan Hasanuddin bahkan menghadirkan judulan Ayam Jantan dari Timur. Kerajaan Gowa Tallo bahkan sempat menguasai jalur perdagangan di Nusantara bagian timur.
Sayangnya kedatangan Belanda dengan menghadirkan sistem VOC telah mengusik ketentraman yang terdapat di kerajaan ini. Peperangan yang terjadi di Makassar bahkan telah dimulai sejak tahun 1654.
Namun, serangan Belanda yang telus dilakukan membuat Kerajaan Gowa Tallo menjadi semakin melemah. Peperangan yang terjadi hingga tahun 1667 membuat VOC yang dipimpin oleh Belanda berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin.
Peperangan tersebut bahkan melahirkan perjanjian Bongaya yang harus diterima padahal isi perjanjian memiliki banyak pasal yang sangat merugikan Kerajaan Gowa Tallo. Kondisi ini bahkan mengungkapkan sejarah Kerajaan Gowa Tallo yang mengalami kemunduran.

Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo
Perubahan agama yang dipeluk oleh Kerajaan Gowa Tallo menghadirkan peninggalan bercorak islam di wilayah ini. Beberapa wilayah tersebut berada di Kabupaten Gowa dan Makassar.
Pembubaran kerajaan hindu yang dianut sebelumnya bahkan tidak menyisakan peninggalan yang berbau adat hindu.
Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang masih tersimpan hingga saat ini adalah Istana Balla Lompoa, Istana Tamalate, Masjid Katangka, Benteng Somba Opu dan Benteng Fort Rotterdam.
Beberapa peninggalan tersebut bahkan sangat berkaitan erat dengan kondisi yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Kerajaan Gowa Tallo.

Sultan Hasanuddin & Perjanjian Bungaya Kesultanan
Gowa mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Sultan Hasanuddin atau yang dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur. Ahmad M. Sewang dalam Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII (2005) mengungkapkan, Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16, atau Sultan Gowa ke-3 sejak kerajaan ini mulai memeluk Islam. Saat Sultan Hasanuddin memimpin, Kesultanan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaan, termasuk berhasil menguasai jalur perdagangan di Nusantara bagian timur. Ketika VOC dari Belanda mulai berusaha menancapkan pengaruhnya di Makassar, terjadilah serangkaian perang pertanda perlawanan dari Kesultanan Gowa-Tallo di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin. Peperangan pun melibatkan antara Kesultanan Gowa melawan VOC yang dibantu dengan Bone. Perang ini pun berakhir dengan digelarnya Perjanjian Bongaya pada 1667. Dikutip dari buku Sejarah Maritim Indonesia (2006) karya Agus Supangat dan kawan-kawan, banyak pasal yang merugikan Gowa dalam isi Perjanjian Bongaya dan terpaksa harus diterima Sultan Hasanuddin. Perjanjian Bongaya ini sekaligus menjadi awal dari keruntuhan Kesultanan Gowa-Tallo yang kemudian benar-benar terjadi setelah Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670.

Sultan Gowa Tallo masa Islam
  1. Sultan Alauddin I (1593-1639)
  2. Sultan Malikussaid (1639-1653)
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669)
  4. Sultan Amir Hamzah (1669-1674)
  5. Sultan Mohammad Ali (1674-1677)
  6. Sultan Abdul Jalil (1677-1709)
  7. Sultan Ismail (1709-1711)
  8. Sultan Najamuddin (1711-….)
  9. Sultan Sirajuddin (….-1735)
  10. Sultan Abdul Chair (1735-1742)
  11. Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
  12. Sultan Maduddin (1747-1795)
  13. Sultan Zainuddin (1767-1769)
  14. Sultan Abdul Hadi (1769-1778)
  15. Sultan Abdul Rauf (1778-1810)
  16. Sultan Muhammad Zainal Abidin (1825-1826)
  17. Sultan Abdul Kadir Aididin (1826-1893)
  18. Sultan Muhammad Idris (1893-1895)
  19. Sultan Muhammad Husain (1895-1906)
  20. Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin (1906-1946)
  21. Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin (1946-1957)
  22. Andi Kumala Andi Idjo (Sejak 2020)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Islam di Sulawesi

 Assalamulaikum selamat pagi semua, semoga dalam keadaan sehat pada materi sebelumnya kita mempelajari tentang kerajaan Islam yang ada di Ka...